MAKALAH EVAVORASI
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang. Shalawat serta salam
semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, para sahabat, juga para pengikutnya.
Alhamdulillah berkat pertolongan dan rahmat
Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Evaporasi” dalam memenuhi tugas pada mata kuliah Agroklimatologi.
Dalam penyusunan makalah ini penulis dapat menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik agar dapat dijadikan pegangan di dalam menyusun makalah di waktu atau
kesempatan yang akan datang.
Penyusunan makalah ini tidak dapat penulis
selesaikan tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik bersifat
material maupun spiritual. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada semua pihak yang membantu dalam penulisan makalah ini.
Bandung, April 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR .......................................................................................................... i
DAFTAR
ISI ....................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A.
Latar belakang........................................................................................................... 1
B. Perumusan
masalah.................................................................................................... 1
C.
Tujuan penelitian........................................................................................................ 2
D.
Metodelogi penelitian................................................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN 3
A.
Pengertian evaporasi ................................................................................................. 3
B.
Dua unsure utama evaporasi ..................................................................................... 5
C. Faktor-faktor
eksternal yang dapat mempengaruhi evaporasi................................... 5
D.
Faktor – faktor yang Mempengaruhi
Evaporasi dari Internalnya ............................. 9
E.
Proses penguapan....................................................................................................... 13
BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 15
A.
Kesimpulan................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Evaporasi
dapat diartikan sebagai proses penguapan dari pada liquid (cairan) dengan
penambahan panas. Panas dapat disuplai dengan berbagai cara diantaranya secara
alami dan penambahan steam. Evaporasi diadasarkan pada proses pendidihan secara
intensif yaitu:
1. pemberian
panas ke dalam cairan,
2. pembentukan
gelembung-gelembung (bubbles) akibat uap,
3. pemisahan
uap dari cairan, dan
4. mengkondensasikan
uapnya.
Evaporasi
atau penguapan juga dapat didefinisikan sebagai perpindahan kalor ke dalam zat
cair mendidih (Warren L. Mc Cabe, 1999).
B.
Perumusan masalah
Dari
latar belakang yang penulis paparkan di muka, maka dapat disimpulkan bahwa
masalah pokok yang akan dibahas dalam makalah ini adalah tentang Evaporasi.
Untuk lebih mempermudah pembahasan, masalah
ini secara operasional dapat disusun sebagai berikut.
1. Apa itu Evaporasi?
2. Apa
saja Fakor-faktor evaporasi?
3. Apa
saja unsure-unsur evaporasi?
4. dll?
C. Tujuan
Penelitian
Sesuai
dengan perumusan masalah di atas, maka penulisan makalah ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui Apa itu Evaporasi
2. Untuk mengetahui factor-faktor
evaporasi
3. Untuk mengetahui apa
saja unsure dari evaporasi
4. Dll
D.
Metodelogi Penelitian
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menggunakan
metode :
1.
Deskriftif.
2.
Media
Internet.
3.
Studi
Kepustakaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN EVAPORASI
Evaporasi
secara umum dapat didefinisikan dalam dua kondisi, yaitu:
1. evaporasi
yang berarti proses penguapan yang terjadi secara alami, dan
2. evaporasi
yang dimaknai dengan proses penguapan yang timbul akibat diberikan uap panas
(steam) dalam suatu peralatan.
Evaporasi
dapat diartikan sebagai proses penguapan dari pada liquid (cairan) dengan
penambahan panas (Robert B. Long, 1995). Panas dapat disuplai dengan berbagai
cara, diantaranya secara alami dan penambahan steam. Evaporasi diadasarkan pada
proses pendidihan secara intensif yaitu:
5. pemberian
panas ke dalam cairan,
6. pembentukan
gelembung-gelembung (bubbles) akibat uap,
7. pemisahan
uap dari cairan, dan
8. mengkondensasikan
uapnya.
Evaporasi
atau penguapan juga dapat didefinisikan sebagai perpindahan kalor ke dalam zat
cair mendidih (Warren L. Mc Cabe, 1999).
Evaporasi
vs pengeringan
Evaporasi
tidak sama dengan pengeringan, dalam evaporasi sisa penguapan adalah zat cair –
kadang-kadang zat cair yang sangat vuskos – dan bukan zat padat. Perbedaan
lainnya adalah, pada evaporasi cairan yang diuapkan dalam kuantitas relatif
banyak, sedangkan pada pengeringan sedikit.
Evaporasi
vs distilasi
Evaporasi
berbeda pula dari distilasi, karena uapnya biasa dalam komponen tunggal, dan
walaupun uap itu dalam bentuk campuran, dalam proses evaporasi ini tidak ada
usaha unutk memisahkannya menjadi fraksi-fraksi. Selain itu, evaporasi biasanya
digunakan untuk menghilangkan pelarut-pelarut volatil, seperti air, dari
pengotor nonvolatil. Contoh pengotor nonvolatil seperti lumpur dan limbah
radioaktif. Sedangkan distilasi digunakan untuk pemisahan bahan-bahan
nonvolatil.
Evaporasi
vs kristalisasi
Evaporasi
lain dari kristalisasi dalam hal pemekatan larutan dan bukan pembuatan zat
padat atau kristal. Evaporasi hanya menghasilkan lumpur kristal dalam larutan
induk (mother liquor). Evaporasi secara luas biasanya digunakan untuk
mengurangi volume cairan atau slurry atau untuk mendapatkan kembali pelarut
pada recycle. Cara ini biasanya menjadikan konsentrasi padatan dalam liquid
semakin besar sehingga terbentuk kristal.
Titk
didih cairan yang diuapkan pada evaporasi dapat dikontrol dengan mengatur
tekanan pada permukaan uap-cair. Artinya, jika penguapan terjadi pada
temperatur tinggi, maka evaporator dioperasikan pada tekanan tinggi pula. Beberapa
evaporasi dalam industri secara normal bekerja pada tekanan vacum untuk
meminimalkan kebutuhan panas.
Pada
proses pendidihan secara alami, perubahan titik didih sebagai perubahan
temperatur dapat ditingkatkan. Beberapa tipe pendidihan yang berbeda mempunyai
koefisien perpindahan panas yang berbeda pula. Tipe-tipe tersebut adalah (Bell,
1984) :
1. pendidihan
secara konveksi alami
2. pendidihan
nukleat
3. pendidihan
film
Pendidihan
konveksi alami terjadi ketika cairan dipanaskan pada permukaannya. Pada tipe ini,
koefisien perpindahan panas meningkat dengan perubahan temperatur, tetapi
relatif lambat.
Pada pendidihan nukleat terbentuk gelembung-gelembung uap pada interface cairan dan padatan dari permukaan perpindahan panas. Pendidihan pada tipe ini terjadi dalam sebuah ketel atau reboiler thermosifon yang digunakan pada proses industri. Koefisien perpindahan panas pada tipe ini lebih besar.
Pada pendidihan nukleat terbentuk gelembung-gelembung uap pada interface cairan dan padatan dari permukaan perpindahan panas. Pendidihan pada tipe ini terjadi dalam sebuah ketel atau reboiler thermosifon yang digunakan pada proses industri. Koefisien perpindahan panas pada tipe ini lebih besar.
Pendidhan
film terjadi ketika perubahan temperature sangat tinggi dan penguapan terjadi
secara berkesinambungan pada permukaan perpindahan panas. Koefisien perpindahan
panas meningkat seiring dengan meningkatnya perubahan temperatur. Namun, nilai
koefisien perpindahan panasnya lebih rendah jika dibandingkan pendidihan
nukleat.
B.
Dua unsur utama evaporasi:
·
Energi (radiasi matahari) à
sebagian gelombang dirubah menjadi panasàmenghangatkan
udara sekitaràtenaga mekanikàperputaran
udara dan uap air
·
Ketersediaan airàtidak
hanya air yang ada akan tetapi persediaan air yang siap untuk evaporasi
C.
Faktor – faktor Ekternal yang Dapat Mempengaruhi Evaporasi
1. Intensitas
matahari : panjang gelombang sinar matahari yang sampai ke permukaan tanah.
Panjang gelombang yang sampai ke permukaan tanah yaitu berkisar antara 550 µm
sampai 850 µm.
2. Lamanya
penyinaran :matahari merupakan sumber energi bagi bumi. Energi radiasi matahari
yang mencapai permukaan bumi disebut isolasi. Beberapa jenis sinar yang
diradiasikan yaitu ultraviolet, visible light/cahaya tanpak dan infra red.
Ultraviolet merupakan sinar yang terbanyak sampai permukaan bumi. Sinar
gelombang pendek sangat berbahaya bagi mkhluk hidup, karena dapat bersifat
lethal effect yaitu mematikan.[1]
Pengurangan sinar
matahari dalam perjalanan kebumi disebabkan 3 proses :
a.
Absorbsi ( penyebaran)
b.
Refleksi ( pantulan )
c.
Scattering ( pembauran )
Gambaran secara umum
pemanasan bumi dan atmosfer oleh sinar matahari pada siang hari adalah sebagai
berikut panas yang dihilangkan ke angkasa :
a.
Di pantulkan awan 25%
b.
Dibaurkan gass, molekul udara 9%
c.
Dipantulkan permukaan bumi 2%
Dan panas yang diterima
bumi dan atmosfernya adalah :
a. Diserap
bumi langsung 24%
b. Radiasi
langit diserap bumi 23%
c. Diserap
oleh H2O, O3, CO2, N2 19%
Dan bila panas ynang
diterima lapisan luar atmosfer bumi dianggap 100% maka dengan demikian 66%
insolasi efektif untuk pemanasan bumi dan atmosferenya.[2]
Adapun faktor – faktor
yang mempengaruhi jumlah radiasi matahari yang diterima bumi:
a.
Jarak dari matahari ( jauh – dekat )
b.
Sudut datang radiasi ( berhubungan
dengan intensitas radiasi )
c.
Panjang hari dan lamanya penyinaran (
berhubungan dengan garis lintang )4. Kondisi atmosfer ( adanya gas, uap aiir
dan debu halus )
Albedo adalah
presentase perbandingan antara radiasi sinar pantul oleh suatu permukaan
terhadap radiasi yang datang pada permukaan tersebut. Umumnya besar albedo
dipermukaan bumi 35 – 43 %.[3]
Radiasi teristis.
Radiasi dari bumi ini disebut radiasi teritis yang bergelombang panjang
(radiasi infra red) sehingga menentukan besar kecilnya suhu udara dipermukaan
bumi.
Efek rumah kaca efek
rumah kaca ini dapat diperkuat apabila diatmosfer bertambah kandungan gas –
gasnya maupun debu – debunya dari berbagai sumber. Emisi rumah kaca yang
dimksud adalah CO2 (bernilai 1), CH4 ( 21x ), N2O ( 310x ), maka ozon yang
terdapat diatmosfer akan terganggu bahkan rusak sehingga kemampuannya
berkurang. Kejadian ini disebut pemanasan global.
3. SUHU
Suhu dapat
mnempengaruhi beberapa proses salah satunya adalahy evaporasi ini peningkatan
suhu sampai pada titik optimum akan diikuti oleh peningkatan proses evaporasi.
Peninhkatan suhu disekitar tanah akan menyebabkan cepat hilangnya kandungan air
dalam anah(evaporasi cepat). Pada musim kemarau dimana peningkatan suhu sangat
tinggi maka akan mempengaruhi evaporasi. Sedangkan pada musim kemarau suhu
udara rlatif lebih rendah dari musim kemarau maka evaporasi akan berjalan lebih
lambat.
4. KELEMBABAN
Kelembaban adalah
banyaknya kadar uap air diuadara. Kandungan uap air diudara akan mencapai suatu
batasan dimana udara tidak dapat menerima lagi tambahan uao air disebut udara
jenuh. Kejenuhan udara dapat terjadi bila udara terus ditambah uap airnya. Jika
suhu udara turun atau didinginkan kandungan uap air di atmosfer dinyatakan
tekanan uap. Dan jika di suatu tempat itu kelembabannya tinggi maka akan
mempengaruhi laju evapurasi dikarenakan kelembaban yang mengandung uap air ini
akan menekan uap air yang akan menguap ke udara begitu juga sebaliknya
kelembaban rendah maka laju evaporasi akan semakin cepat.
5. PH
tanah
Pengujian PH tanah
dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan mengunakan kertas lakmus, dengan
menggunakan kertas indikator universal dan alat PH dilaboratorium dapat
menggunakan PH meter Beckman H5
Ion H+ dalam tanah
dapat berada dalam keadaan terjerap. Ion H+ yang terjerap. Menentukan kemasaman
aktif atau aktual, kemasaman potensial dan aktual secara bersamaan menentukan
kemasaman total. pH yang diukur pada suspensi tanah dalam lartan garam netral
(misal KCL) menunjukan kemasaman total oleh karena K+ dapat melepaskan H+ yang
terjerap dengan mekanisme pertukaran
D.
Faktor – faktor yang Mempengaruhi Evaporasi dari Internalnya
Sifat
tanah terutama sifat fisik tanah, yang meliputi :
1. Tekstur
tanah
Tekstur Tanah : tanah
terdiri dari butir – butir tanah dengan berbagai ukuran dan bentuk. Bagian
tanah yang berukuran lebih dari 2 mm disebut bahan kasar (kerikil sampai batu).
Bahan – bahan yang lebih halus dapat dibedakan menjadi pasir (2 mm sampai 50
µm), debu (50 µm sampai 2 µ), dan liat (kurang dari 2 µ).
Tekstur tanah adalah
perbandingan relatif dari ukuran buti tanah (pasir, debu dan liat) dalam suatu
masa tanah. Terdapat 12 kelas tekstur tanah.
Tekstur tanah
terkandung dapat digunakan sebagai penunjuk tingkat hancuran, sekaligus umur
tanah. Semakin intensif tingkat hancuran iklim, atau semakin lanjur umur tanah,
kandungan liat semakin tinggi. Hal ini berhubungan juga dengan tingkat
kesuburan tanah alami tanah tersebut.
Penentuan tekstur tanah
dapat dilakukan dengan cara lapang dan cara laboratorium. Cara lapang dengan
memirid massa tanah yang sedikit di basahai diantara ibu jari dan telunjuk.
Sedangkan penentuan tekstur tanah di laboratorium yaitu dengan metode pipet
atas dasar hukum stokes.
2. Struktur
tanah
Struktur
Tanah : struktur tanah adalah susunan butir tanah secara alami menjadi agregat
dengan bentuk tertentu dan dibatasi dengan bidang – bidang. Agregat ini terjadi
karena butir – butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lainnya oleh suatu
perekat seperti bahan organik, oksida – oksida besi dan lain – lain.
Struktur
tanah meliputi :
a.
Bentuk dan susunan agregat (tipe
struktur) ; yaitu bentuk lempeng, prisma, tiang, sudut, kubus membulat atau
gumpalan, kersai atau butir, remah dan tanpa struktur (lepas dan pejal atau
masive).
b.
Ukuran agregat (kelas struktur) ; yaitu
berukuran sangat halus, halus, sedang, besar dan sangat besar.
c.
Kemantapan agregat (taraf perkembangan)
; yaitu lemah, cukup dan kuat.
Mekanisme
granulasi tidak diketahui secara tidak pasti, tetapi beberapa faktor diketahui
mempengaruhi proses granulasi, yaitu:
a. Pembasahan
dan pengeringan.
b. Pembekuan
dan pencairan.
c. Kegiatan
akar fisik tumbuhan dan jasad makro.
d. Pengaruh
bahan organik dan bahan buatan jasad makro.
e. Modifikasi
dari kation yang dijerap. Dan
f. Pengolahan
tanah.
Tanah
dengan dtruktur baik (granular, remah)mempunyai tata udara yang baik dan air
yang baik juga, unsur - unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah.
3. Porositas
tanah
Porositas
Tanah adalah volume tanah yang terisi oleh air dan udara, dinyatakan dalam
persen. Nilai porositas lapisan olah tanah berpasir berkisar dari 35 % - 50 %,
sedangkan tanah berliat antara 40 % - 60 %.
Ada
dua macam ukuran pori tanah, yaitu pori makro dan pori mikro. Walaupun tidak
terdapat perbedaan yang tegas, pori makro memperancar gerak air dan udara,
sedangkan pori mikro menghambat gerak udara dan gerakan air dibatasi hanya pada
gerakan kapiler saja. Pori makro berisi udara atau air gravitasi dan pori mikro
berisi air kapiler dan udara.
Tanah
berpasir mempunyai pori makro lebih banyak dari tanah liat, sehingga sulit
menahan air. Sedangkan porositas total atau ruang pori total tanah berpasir
lebih sedikit dibandingkan tanah liat. Hasilnya adalah tanah berpasir mempunyai
daya memegang air yang lebih rendah dari tanah liat.
Semakin
tinggi kadar bahan organik tanah, porositas tanah semakin meningkat. Tanah
granule atau remah mempunyai porositas yang lebih tinggi dari tanah berstruktur
masif atau pejal. Pengolahan tanahjustru menurunkan ruang pori dan jumlah pori
makro dari tanah yang tidak pernah ditanami, walaupun diimbangi dengan
menurunnya jumlah bahan organik dan menurunnya granulasi.
4. Konsistensi
Tanah
Konsistensi Tanah
adalah daya tahan atau ketahanan tanah terhadap pengeruh – pengaruh luar yang
akan mengubah bentuknya. Konsistensi merupakan manisfestasi dari gaya – gaya
adhesi dan kohesi yang bekerja dalam tanah pada berbagai kadar air tanah.
Sifat lepas, aerasi dan
drainase yang baik, serta mudah diolah merupakan sifat kgas tanah berpasir.
Sebaliknya tanah demikian mempunyai kemampuan menjerap air dan unsur hara yang
rendah dan terlalu lepas. Oleh karenanya, tanah demikian memerlukan granulasi.
Satu cara praktis untuk mengatasinya yaitu dengan penambahan bahan organik.
Bahan organik ini akan bertindak sebagai bahan pengikat dan juga sebagai bahan yang
dapat menjerap air.
Sebakiknya tanah yang
berkadar liat tinggi, bersifat plastis dan mempunyai daya kohesi yang tinggi.
Bila diolah dalam keadaan basah, agregat – agregat tanah akan hancur dan
melumpur. Struktur baru akan terbentuk. Semakin plastis tanah, maka semakin
mudah melumpur. Dan semakin plastis tanah maka evaporasi tanah akan berjalan
lambat. Tanah yang mempunyai daya plastisitas tinggi akan keras bila mengering.
Bila diolah dalam keadaan kering akan tyerbentuk bongkah – bongkah yang sukar membentuk
agregat – agregat kecil. Oleh karena itu, pengolahan tanah harus dilakukan pada
saat tepat dan granulasi perlu dirangsang.
Cara
penentuan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam keadaan :
a.
Basah (kadar air lebih besar dari pada
kapasitas lapang), dengan cara memirid tanah diantara telunjuk dan ibu jari
yaitu untuk menentukan kelekatan (daya adhesi) dan plastisitas atau kekenyalan
(daya kohesi). Kelekatan tanah digolongkan kedalam tidak lekat, agak lekat,
lekat dan sangat lekat. Sedangkan plastisitas digolongkan menjadi tidak
plastis, agak plastis, plastis dan sangat plastis.
b.
Lembab (kadar air tanah berada diantara
kapasitas lapang dan titik layu permanen), dengan cara menekan massa tanah.
Dalam keadaan lembab, konsistensi tanah digolongkan menjadi : lepas, sangat
gembur, gembur, teguh dan sangat teguh.
c.
Kering (kadar air tanah lebih esar dari
titik layu permanen), digolongkan menjadi lepas, lemah, agak keras, keras,
sangat keras dan ekstrim keras.
5. Warna
tanah
Penyebab perbedaan
warna permukaan tanah umumnya oleh perbedaan kandungan bahan organik. Semakin
tinggi kadar bahan organiknya maka warna tanah akan semakin
gelap.(Birkeland,1974)
Menurut Boul dalam Diktat Wijaya. Dilapisan bawah, warna tanah disebabkan oleh banyaknya dan bentuk senyawa besi yang di dapat. Dalam keadaan jenuh air, besi dalam keadaan reduksi (Fe+2) yaitu sebagai FeO, sehingga warna tanah kelabu atau abu – abu. Pada tanah yang tidak pernah tergenang air, besi dalam keadaan teroksidasi (Fe+2) membentuk senyawa Fe2O3 yang berwarna merah. Dintara warna ekstrim tersebut, besi dalam bentuk senyawa Fe2O3 3H2O yang berwarna kuning. Sedangkan mineral – mineral silikat seperti kuarsa menyebabkan tanah berwarna putih.
Menurut Boul dalam Diktat Wijaya. Dilapisan bawah, warna tanah disebabkan oleh banyaknya dan bentuk senyawa besi yang di dapat. Dalam keadaan jenuh air, besi dalam keadaan reduksi (Fe+2) yaitu sebagai FeO, sehingga warna tanah kelabu atau abu – abu. Pada tanah yang tidak pernah tergenang air, besi dalam keadaan teroksidasi (Fe+2) membentuk senyawa Fe2O3 yang berwarna merah. Dintara warna ekstrim tersebut, besi dalam bentuk senyawa Fe2O3 3H2O yang berwarna kuning. Sedangkan mineral – mineral silikat seperti kuarsa menyebabkan tanah berwarna putih.
6. Air
tanah
Kadar air dapat dinyatakan
dengan persent bobot atau persent volume. Kadar air menyatakan perbandingan
bobot kandungan air tanah terhadap tanah kering mutlak.
Jika dalam suatau
tempat tanah banyak mengandung air itu berarti tanah tersebut adalah jenis
tanah organik karena tanah organik dapat menjerap air labih banyak dari pada
tanah organik. Sehingga evaporasipun terpengaruhi oleh banyaknya air yang
terdapat didalam tanah tersebut.
E.
Proses Penguapan
Proses
penguapan melibatkan penguapan cairan. Namun, perlu dicatat bahwa perbedaan
kunci untuk penguapan adalah bahwa hal itu hanya terjadi pada permukaan
cairan. Sebagai contoh, ini berbeda dari mendidih karena mendidih
mempengaruhi volume keseluruhan cairan, bukan hanya permukaan atas. Juga
harus dicatat bahwa penguapan adalah bagian alami dari siklus air bumi.
Selain
itu, penguapan dianggap bagian dari fase transisi. fase transisi Ini mengacu
pada bagaimana molekul dalam keadaan cair atau air tiba-tiba menjadi gas atau
tiba-tiba beralih ke uap air. fase transisi Ini dicatat sebagai
pengurangan bertahap cairan dari materi akibat pemaparan sejumlah besar gas.
Umumnya,
molekul air dalam gelas tidak secara alami memiliki jumlah yang cukup energi
dalam bentuk panas untuk melarikan diri atau menghapus diri dari
cairan. Itulah sebabnya sistem yang kompleks telah dikembangkan oleh
produsen di hampir setiap industri untuk membantu dalam mempercepat proses
penguapan untuk membantu dengan penghapusan kontaminan dan produk samping
misalnya.
Ketika
sejumlah besar panas yang ditambahkan pada badan air, air kemudian memiliki
energi yang cukup panas dengan cepat fase menjadi uap,. Lebih cepat molekul
dalam pergerakan air di sekitar. Gerakan lebih cepat dan lebih aktif
menyebabkan molekul bertabrakan Dan ketika molekul-molekul air yang berbenturan,
mereka mengambil energi panas bahwa mereka telah menyerap dan kemudian transfer
yang energi satu sama lain dalam jumlah yang berbeda.. Ketika transfer energi
berpihak satu molekul di dekat bagian atas permukaan cairan (di mana satu
molekul menyerap sebagian besar panas atau semua itu) karena sudut tabrakan,
transfer energi bisa menjadi cukup signifikan untuk menyebabkan molekul yang
melarikan diri tubuh utama cair.
Juga
harus dicatat bahwa penguapan tidak harus selalu terlihat. Kadang-kadang
molekul-molekul tidak fitur cukup dari perpindahan panas untuk menciptakan
transisi yang cukup memadai untuk uap. Namun, penguapan masih terjadi
selama proses ini tetapi pada tingkat signifikan lebih lambat daripada proses
penguapan energi molekul tinggi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Evaporasi
adalah pristiwa perubahan air atau es menjadi uap dan naik ke atmosfer,
pristiwa tersebut berlangsung dari semua permukaan, misalnya permukaan tubuh
perairan, permukaan tanah, permukaan vegetasi, persawahan dll.
unsure
utama epavorasi terbagi dua, yaitu Ketersediaan air, Energi
(radiasi matahari)
Factor
factor yang dapat mempengaruhi evaporasi ada dua, yaitu factor eksternal
(Intensitas , Lamanya penyinaran, suhu, kelembaban, PH tanah) dan factor
internal (Tekstur tanah, Struktur tanah, Porositas tanah, Konsistensi
Tanah, Warna tanah, Air tanah).
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar