Kamis, 26 April 2012

BERBAGAI MACAM TEKNIK IRIGASI PENGATUR KETINGGIAN AIR PADA BENDUNGAN


PENDAHULUAN

Dalam pertanian sebuah sistem irigasi yang baik sangat diperlukan untuk menunjang panen / hasil pertanian. Dalam sebuah sistem irigasi terdapat berbagai alat mekanik pengendali/pengontrol aliran air,misalnya saja:
         Pengontrol Hulu vs. Hilir
         Pengendali Pintu air
         Penyadapan(Pintu Air)

Alat-alat pengendali diatas berguna untuk mendukung sistem irigasi agar berjalan secara baik. Alat-alat pengendali tersebut dalam sistem irigasi digunakan untuk:
         Mengontrol tinggi muka air
         Mengukur debit aliran air
         Mengontrol debit aliran

Akan tetapi, dalam sistem irigasi sering dijumpai permasalahan antara lain:
         Penyaluran yang tidak diinginkan
         Adanya hujan yang tidak diharapkan
         Kurangnya debit karna kekeringan
         Penghentian penyaluran yang tidak diinginkan
         Tidak akuratnya alat pengukur aliran air
         Tidak akuratnya teknik pengontrol aliran
         Karakteristik gelombang aliran air
         Human factor misalnya saja kemalasan, kecurangan dan lain sebagainya.

Dalam makalah ini akan secara khusus dibahas mengenai pengontrol ketinggian dan aliran air dalam sebuah sistem irigasi. Pengontrolan ketinggian air merupakan salah satu hal yang paling penting dalam sebuah sistem irigasi. Ketinggian air dalam sebuah sistem irigasi akan mempengaruhi hal-hal atau parameter-parameter lain dalam sistem tersebut.
Pengontrolan ketinggian air dalam sebuah sistem irigasi dapat dilakukan secara:
·         Manual
Operasi atau pengamatan yang dilakukan oleh manusia (secara langsung). isebut juga “pengamatan terbuka (open loop)” apabila mengacu ke fungsi pengendalian.

·         Otomatis
Operasi atau pengamatan dilakukan tanpa campur tangan manusia. Disebut juga “pengamatan tertutup (closed loop)” apabila mengacu ke fungsi pengendalian.
·         Remote (Jarak Jauh)
Suatu operasi atau tata kerja yang dilakukan dari jauh. Dengan modernisasi, hal ini biasa lebih dipahami melibatkan peralatan, bukan pada aksi yang dilakukan manusia di lapangan. Suatu sistim “remote” mempunyai signal terhubung dari lapangan ke kantor pusat atau dari kantor lapangan atau kedua arah.

Dalam pengontrolan ketinggian air terdapat dua macam pengendalian ketinggian air, yaitu:
·         Pengendali Jarak Jauh
Pengendali yang menggerakan suatu alat dilapangan dari lokasi yang jauh (umumnya dari kantor). Hal ini dapat berupa otomatis atau manual.
·         Pengendalian Lokal
Pengendalian untuk menggerakkan peralatan lapangan yang dilakukan ditempat tersebut (on-site). Hal ini dapat berupa otomatis atau manual.

            Dalam makalah ini akan secara khusus dibahas pengendalian lokal ketinggian air dalam sebuah sistem irigasi secara otomatis. Dengan pengendalian lokal ketinggian air secara otomatis, maka akan menambah efisiensi dan efektifitas dari sistem tersebut. Kemudian akan mengurangi permasalahan-permasalahan dalam sebuah sistem irigasi.
            Dengan adanya sistem irigasi pengendalian ketinggian air secara otomatis, diharapkan akan menghasilkan pelayanan yang baik serta efisiensi yang tinggi serta responsive. Sebuah tindakan penyelesaian akan diambil secara cepat tanpa harus menunggu terlalu lama. Selain itu mengurangi pengeluaran biaya untuk pembiayaan SDM. Selain itu mengurangi permasalahan yang disebabkan kesalahan dari factor manusia.


PERANCANGAN SISTEM

Blok diagram




Keterangan:
1.      Default Data Input
Data awal dimasukkan melalui bagian ini, data ini digunakan sebagai data pembading. Sehingga nanti data yang dimasukkan ini akan dibandingkan dengan data yang terbaca oleh sensor ultrasonic. Data yang dimasukkan adalah data dari keypad matrik yang akan dimasukkan ke mikrokontroler. Selanjutnya oleh mikrokontroler, data tesebut akan diterjemahkan. Data dari keypad dirubah menjadi data 8 bit. Data default yang dimasukkan hanya sekali, pada saat setting alat. Data tersebut merupakan data yang digunakan sebagai pembanding. Data in yang akan terus menerus digunakan sebagai acuan.

  1. Sensor Ultrasonic
Sensor ultrasonic berfungsi sebagai input element. Sensor ultrasonic akan memancarkan sinyal ke permukaan air, dan permukaan air akan memantulkan sinyalnya. Dan sensor penerima akan menerima sinyal dari pantulan tersebut. Yang nantinya sinyal itu akan dioper ke ADC.
Sensor ini dipasang pada satu ujung pipa, dan ujung pipa yang lain berada didalam air. Sehingga saat sensor memancarkan sinyal, tidak banyak gangguan dari luar. Dan air yang masuk ke dalam pipa juga tidak mengalami gangguan, baik berupa aliran gelombang air (riak) ataupun angin yang akan menyebabkan air bergerak-gerak.

  1. ADC (Analog to Digital Converter)
ADC juga sebagai input element bersama sensor ultrasonic. ADC berfungsi sebagai converter, mengubah data analog ke data digital. Dari data hasil pembacaan sensor ultrasonic,yang datanya masih berupa data analog, diubah ke data digital 8 bit. Yang nantinya akan diolah oleh mikrokontroler, selanjutnya akan dibandingkan dengan data yang diberikan oleh user (data default).

  1. Mikrokontroler
Mikrokontroler bekerja sebagai komparator, yang akan membandingkan data dari sensor ultrasonic sebagai masukan dengan data default yang telah dimasukkan oleh user sebagai data pembandingnya. Hasil dari pembandingan ini, akan menyebabkan driver motor bekerja. Sehingga akan menggerakkan pintu air, apakah pintu membuka atau pintu menutup.
Mikrokontroler juga bekerja sebagai control utama dari sistem, yang akan mengendalikan seluruh peralatan yang ada. Mikrokontroler akan mengendalikan motor, yang nantinya akan menggerakkan pintu air, dan juga akan mengendalikan tampilan pada LCD.

  1. LCD
LCD berfungsi sebagai penampil, yang akan menampilkan default data yang telah dimasukkan user, serta menampilkan ketinggian air yang terbaca oleh sensor ultrasonic. Sehingga bisa dibaca oleh operator maupun user. LCD ini berfungsi sebagai salah satu output dari system. Yang hanya menapilkan data hasil pembacaan dan hasil pengolahan dari mikrokontroler.

  1. Driver Motor
Driver ini berfungsi sebagai penghubung antara mikrokontroler dengan pintu air bendungan. Driver ini difungsikan sebagai penggerak pintu air. yang di-control oleh mikrokontroler.


  1. Pintu Air
Pintu air sebagai controlled system, yang akan digerakkan oleh motor. Berdasar hasil yang diperoleh dari mikrokontroler, bila air dalam bendingan terlalu berlebih, maka driver motor akan menggerakkan motor dan pintu air akan membuka. Begitu juga sebaliknya, bila air dalam bendungan sudah sama dengan data default yang di berikan user, maka driver motor akan menggerakkan motor yang akan mengakibatkan pintu air menutup.

  1. Ketinggian Air Bendungan
Sebagai controlled system, ketinggian air dalam bendungan akan selalu terjaga. Air dalam bendungan tidak akan berlebihan, karena sudah dikontrol oleh pintu air ini. Bila air berlebihan, air akan dialirkan keluar melalui pintu air, yang selanjutnya akan dialirkan ke sungai.

Desain system






Flowchart
















CARA KERJA
            Dalam alat pengontrol ketinggian pintu air ini digunakan mikrokontroller sebagai pembanding data input ketinggian default dari user dengan data ketinggian air yang telah dibaca oleh sensor. Sensor yang dipakai yaitu sensor ultrasonic karena gelombang ultrasonic dapat memantul pada permukaan air dan sensor ultasonik memiliki keakuratan yang bagus. Membaca ketinggian air oleh sensor ultrasonic ini menggunakan prinsip lamanya pantulan gelombang tersebut atau intensitas kekuatan pantulannya. Output dari modul sensor ultrasonic ini akan dikonversi datanya menjadi data digital oleh ADC ( IC 0808 ) per satuan waktu, dan data tersebut akan masuk sebagai data input dari sensor pada komparator yaitu mikrokontroler.
            Untuk proses pertama user (petugas air) akan memberi input ketinggian air yang diinginkan pada keypad matriks dan data tersebut akan dibaca oleh mikrokontroler sebagai data input user. Mikrokontroler yang telah diprogram akan selalu membanding data dari sensor dan data dari user, kedua data tersebut sebelumnya dikonversi menjadi data 8 bit atau data 16 bit dan jenis mikrokontroler yang nyaman untuk proses ini yaitu mikrokontroller jenis AVR (AT Mega8).
Ada tiga kondisi output dari hasil pembandingan data masukan,
    • Pertama apabila kedua data masukan sama maka mikrokontroler akan memberi sinyal output atau perintah pada driver motor untuk diam atau tetap pada kondisi tersebut (motor tidak bekerja).
    • Kedua apabila data dari user lebih kecil data dari sensor (ketinggian air terlalu tinggi) maka mikrokontroler akan memberi sinyal output atau perintah pada driver motor untuk membuka pintu air (motor bekerja).
    • Ketiga apabila data user lebih besar data dari sensor (ketinggian air terlalu rendah) maka mikrokontroler akan memberi sinyal output atau perintah pada driver motor untuk menutup pintu air (motor bekerja).
Setiap instruksi atau pembandingan data ini dilakukan terus-menerus setiap satuan waktu (contoh per sepuluh detik) sehingga apabila motor sedang bekerja (membuka atau menutup) dan ketinggian air sudah kembali ke ketinggian yang diinginkan maka dengan segera pintu air akan mempertahankan kondisi tersebut hingga perubahan selanjutnya.
            Output atau sinyal dari mikrokontroler ini akan diterima oleh driver motor. Data digital dari mikrokontroller ini masih lemah dan fungsi dari driver motor ini untuk menguatkan atau menggerakkan motor gearbox yang dipasang pada pintu air. Prinsip kerja driver motor ini yaitu mengatur arah putar motor gearbox ini sehingga motor pintu air ini bisa berfungsi untuk membuka dan menutup pintu air ini dengan mudah.


HASIL DAN ANALISA
Mikrokontroler (Sistem Kendali) dan Sensor Ultrasonic Yang Terpadu
Suatu peralatan yang mengambil data di lapangan (lokasi) , dan untuk selanjutanya akan mengendalikan  dan memonitor kegiatan. Peralatan inilah yang akan menentukan setiap langkah yang akan dilakukan. Dalam sebuah mikrokontroler telah dimasukkan program maupun algoritma yang akan menjadi penentu kebijakan langkah yang akan diambil secara real time. Penentuan kebijakan ini menurut situasi dan kondisi tertentu yang mungkin akan terjadi dan sebisa mungkin telah diantisipasi sebelumnya.

Hubungan antara Mesin dan Manusia
Dalam sistem irigasi terpadu ini, LCD digunakan operator untuk membaca nilai ketinggian air (status) dan keypad matrik digunakan untuk memasukkan nilai baru pada sistem irigasi terpadu. Pemasukan nilai baru ketinggian air didasarkan pada situasi dan kondisi cuaca maupun lingkungan setempat. Sedangkan pemantauan ketinggian air dapat dilakukan secara berkala maupun real time. Secara langsung atau datang ke lokasi maupun secara remote atau jarak jauh. Pengambilan keputusan dalam penentuan ketinggian air harus melibatkan parameter – parameter yang terkait secara langsung maupun tidak langsung agar tidak merugikan satu pihak atau beberapa pihak.
Hal-hal diatas juga menyesuaikan dengan software yang digunakan dalam sistem  untuk membangun tampilan dan mengorganisir data.

Kontrol Penyaluran
            Dalam pengontrolan penyaluran air maka terdapat dua macam cara pengontrolan dalam sistem irigasi terpadu. Dalam aplikasi untuk saluran dan rencana pemompaan dapat dilakukan dengan dua cara:
            Di dalam kantor, petugas atau operator akan :
·         Memonitor lokasi lahan yang direncanakan
·         Mampu merubah target kedalaman, tekanan, aliran dsb.
            Sedangkan di lapangan, mikrokontroler akan melakukan pengendalian secara aktual dan secara otomatis. Secara real time berdasar data ketinggian air saat itu juga dibandingkan dengan data input oleh operator/user yang telah dimasukkan sebelumnya. Peralatan yang ada di lapangan terus bekerja secara otomatis sekalipun hubungan komunikasi terputus antara kantor dengan lokasi bendungan. Sistem kerja ini akan lebih mudah dalam pengelolaan dan pemantauannya.

Pengawasan dan pengumpulan data
  1. Pengukuran Aliran
Untuk pengukuran aliran, maka parameter-parameter yang akan diukur sebagai berikut:
    • Pengukuran debit aliran(volume/waktu)
    • Pengukuran per satuan volume
    • Pengukuran suatu volume air yang melalui titik tertentu.
  1. Pengendalian Aliran
       Dari data-data yang didapatkan dari pengukuran aliran maka dapat dilakukan pengendalian aliran. Dalam hal ini, maka akan dilakukan berbagai macam pengendalian, antara lain:
·         Pengendalian debit aliran (sebagai kebalikan dari pengendalian muka/ketinggian air).
·         Debit keluaran yang diinginkan diketahui, yaitu debit aliran sasaran.
·         Pengontrol Hulu (Upstream) merupakan suatu bentuk pengontrol saluran (manual atau otomatis) yang berfungsi sebagai bangunan pengendali yang mempertahankan ketinggian muka air di bagian hulu (upstream) konstan/tetap.
·         Pengontrol Hilir (Downstream) merupakan suatu bentuk pengontrol saluran (manual atau otomatis) yang berfungsi sebagai bangunan pengendali yang menjaga ketinggian muka air di bagian hilir (downstream) konstan/tetap.

Sebagai hasil dari sistem irigasi terpadu yang menggunakan bendungan otomatis ini akan terwujud pelayanan penyaluran air yang lebih baik dan lebih akurat dalam penanganan serta cepat dan responsive terhadap kondisi cuaca maupun lingkungan sekitar. Dalam pelayanan penyaluran air terdapat berbagai komponen penyaluran air. Antara lain:
  • Keadilan (Equity)
Dalam penyaluran air perlu diperhatikan apakah semua pengguna (konsumen) menerima jumlah yang sama atau tidak. Kalau tidak apa yang menyebabkan perbedaan jumlah penerimaan air.
  • Kepastian (Ketepatan Waktu & Jumlah)
Dalam suatu sistem pelayanan diperlukan kepastian akan adanya ketersediaan air. Termasuk parameter tanggal dan waktu penyaluran air, debit aliran serta volumenya.
  • Debit aliran
Perlu diperhatikan juga apakah debit aliran selalu sama tiap waktu penyaluran. Serta kemungkinan perubahan debit diubah selama waktu penyalauran.
  • Durasi
Dalam sistem irigasi ini perlu diperhatikan juga mengenai masalah waktu atau durasi kerja siste,. Dan apakah dalam pelaksanaannya irigasi dapat dihentikan kapanpun atau hanya waktu- waktu tertentu saja..
  • Schedule Penyaluran
            Kemudian jadwal penyaluran dalam sistem irigasi ini dapat dibagi 3 yaitu
    • Rotasi
         Suatu penyaluran hanya dapat dibuat untuk satu orang sekali dalam suatu waktu.
         Umumnya, ada jadwal waktu seorang per 10 harian atau lebih.
         Biasanya, debit aliran dan durasinya tetap (fixed).
    • Diatur
         Seseorang mengajukan permintaan penyaluran air pada tanggal dan waktu yang ditentukan
         Seseorang dapat menentukan, sesuai aturan yang disepakati, berapa banyak debit aliran dan durasi yang diinginkan.
    • Sesuai Kebutuhan
         Air dapat diperoleh oleh pengguna tanpa harus memberitahu siapapun.
         Ini adalah seperti yang kita punya di kota (air PAM). Mungkin ada keterbatasan debit aliran, tetapi tidak ada pembatasan di dalam frekuensi atau durasinya.

Berbagai parameter diataslah yang memerlukan perhatian dalam penyusunan sistem irigasi ini. Suatu sistem yang baik dapat memenuhi sebanyak mungkin parameter – parameter diatas. Disinilah algoritma dalam mikrokontroler serta operator yang berperan penting dalam pengambilan keputusan dalam suatu keadaan. Baik secara berkala maupun real time.

KEMUNGKINAN PENINGKATAN SYSTEM
            Untuk pengembangan system irigasi terpadu ini dapat ditingkatkan dalam sytem pengelolaan dan pemantauannya sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi baik SDA maupun SDM-nya, secara tidak langsung akan mengurangi beban anggaran pemeliharaan dan pemakaian.
            Untuk system pengelolaan dan pemantauan dapat dikembangkan menjadi berbagai macam metode dan alat bantu yang digunakan. Sebagai contoh dilakukan pengontrolan alat ini dengan remote atau pengendalian jarak jauh dan pemantauan hasil ketinggian air irigasi ini dari jarak jauh.
Pengontrolan dengan Remote (Jarak Jauh) adalah suatu operasi atau tata kerja yang dilakukan dari jauh. Dengan modernisasi, hal ini biasa lebih dipahami melibatkan peralatan, bukan pada aksi yang dilakukan manusia di lapangan. Suatu sistim “remote” mempunyai signal terhubung dari lapangan ke kantor pusat atau dari kantor lapangan atau kedua arah. Contoh aplikasi atau peralatan yang bisa digunakan dalam hal ini seperti dengan pengiriman data melalui gelombang RF, jaringan GSM atau CDMA (handphone), dan kabel instalasi.
Pengamatan dari jarak jauh (Remote Monitoring) merupakan aktifitas satu arah. Biasanya peralatan di kantor menampilkan atau mencatat beberapa aktifitas dilapangan. Sebagai contoh, yang biasa dilakukan adalah memonitor ketinggian muka air disatu titik dari jarak jauh.
            Dengan adanya system bendungan otomatis ini dapat dikembangkan menjadi sebuah PLTA ( Pembangkit Listrik Tenaga Air) yang terintegrasi dalam sebuah system irigasi terpadu. Dalam hal ini pengaturan debit air pada turbin PLTA bisa mendapat pasokan yang sesuai yang diatur otomatis oleh alat irigasi otomatis ini.


Gambar contoh pengembangan desain












KESIMPULAN
Dengan penggunaan alat irigasi otomatis ini maka :
  • Gerbang air bisa membuka dan menutup dengan bantuan penggerak motor bertorsi tinggi.
  • Pengaturan gerak pintu air dapat dikontrol secara digital menggunakan mikrokontroler.
  • User atau operator dapat menyeting ketinggian air kapan saja sesuai kebutuhan.
  • Ketinggian air di bendungan akan selalu stabil sesuai dengan range ketinggian air yang telah ditentukan sebelumnya.
  • Pemantaun dan pengendalian ketinggian air menjadi lebih efisien.
  • Dapat disusun system irigasi yang terpadu dengan menggunakan beberapa bendungan otomatis disepanjang sungai.
  • Dari system irigasi ini dapat dikembangkan dalam hal monitoring, kontroling,dan further using.

Agribisnis Membangun Pertanian Indonesia


PENDAHULUAN

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting kontribusinya dalam perekonomian Indonesia. Berdasarkan harga konstan 1993, kontribusi sektor pertanian terhadap PDB tahun 1998 mencapai 17,20 persen (Anwar, 1999). Terjadinya krisis ekonomi, hanya sektor pertanian dan industri pengolahan migas yang menunjukkan tingkat pertumbuhan yang positif yaitu masing-masing sebesar 0,22 persen dan 1,84 persen. Dilain pihak sektor lainnya seperti industri pertambangan dan penggalian, pengolahan non migas, pembangunan, jasa (perdagangan – restoran – hotel, transportasi – komunikasi), pembangunan, keuangan – kepemilikan – bisnis jasa menunjukkan pertumbuhan yang negatif.
Sektor pertanian memiliki peranan penting di Indonesia. Salah satu bidang di sektor pertanian yang berperan penting dalam perkembangan perekonomian adalah bidang agribisnis Peranan agribisnis di masa akan datang tetap penting sebagai penyedia pendapatan nasional dan lapangan kerja, maka peranan profesi ekonomi pertanian spesialisasi agribisnis sangat diperlukan Peran Profesi Ekonomi Pertanian Spesialisasi Agribisnis dalam Pembangunan Pertanian di Indonesia. Sektor pertanian mempunyai peranan penting di Indonesia, khususnya agribisnis. Pengembangan sistem agribisnis menjadi tuntutan logis dalam perkembangan keadaan perekonomian. Sistem agribisnis memberikan sumbangan nyata bagi perekonomian Indonesia dalam bentuk hasil produksi pertanian, pasar, faktor produksi, dan kesempatan kerja. Agribisnis mampu mendukung sektor industri, baik industri hulu maupun industri hilir.



PEMBAHASAN
Sektor pertanian memiliki peranan penting di Indonesia karena sektor pertanian mampu menyediakan lapangan kerja, mampu mendukung sektor industri baik industri hulu maupun industri hilir, mampu menyediakan keragaman menu pangan dan karenanya sektor pertanian sangat mempengaruhi konsumsi dan gizi masyarakat. GBHN-pun telah memberikan amanat bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada pembangunan bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Dengan kemajuan di sektor pertanian, maka pembangunan di sektor industri yang didukung oleh sektor pertanian juga akan semakin maju. Keterkaitan (linkage) baik ke belakang (backward) maupun ke depan (forward) perlu diarahkan untuk mengembangkan industri hilir dan memperkuat industri hulu.
Salah satu bidang di sektor pertanian yang berperan penting dalam perkembangan perekonomian adalah bidang agribisnis. Semakin bergemanya kata agribisnis ternyata belum diikuti dengan pemahaman yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering agribisnis diartikan sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari konsep semula yang dimaksud. Konsep agribisnis secara sederhana adalah suatu konsep yang utuh, mulai dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. Pengertian fungsional agribisnis adalah rangkaian fungsi – fungsi kegiatan untuk memenuhi kegiatan manusia. Sedangkan pengertian struktural agribisnis adalah kumpulan unit usaha atau basis yang melaksanakan fungsi – fungsi dari masing – masing sub-sistem, tidak hanya mencakup bisnis pertanian yang besar, tetapi skala kecil dan lemah juga (pertanian rakyat). Bentuk usaha dalam agribisnis dapat berupa PT, CV, Perum, Koperasi, dan lain – lain. Sifat usahanya adalah homogen/heterogen, berteknologi tinggi atau tradisional, komersial atau subsisten, padat modal atau padat tenaga kerja.


Untuk sistem agribisnis adalah rangkaian kegiatan dari beberapa subsistem yg saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Sub-sistem agribisnis meliputi :
a. Sub-sistem faktor input pertanian (input factor sub-system) : pengadaan sarana produksi tani.
b. Sub-sistem produksi pertanian (production sub-system) : budidaya pertanian/usahatani.
c. Sub-sistem pengolahan hasil pertanian (processing sub-system) : agroindustri hasil pertanian.
d. Sub-sistem pemasaran (marketing sub-system) : faktor produksi, hasil produksi dan hasil olahan.
e. Sub-sistem kelembagaan penunjang (supporting institution sub-system) : sub-sistem jasa (service sub-system).
Sistem agribisnis mencakup 3 aspek utama, yaitu :
a. Aspek pengolahan usaha (produksi) pertanian : pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan.
b. Aspek produk penunjang kegiatan pra-pasca panen : industri penghasil pupuk, bibit unggul, dan lain – lain.
c. Aspek sarana penunjang : perbankan, pemasaran, penyuluhan, penelitian.
Bagi Indonesia, agribisnis berkembang dan berprospek cerah karena kondisi daerah yang menguntungkan, antara lain :
a. Lokasinya di garis khatulistiwa yang menyebabkan adanya sinar matahari yang cukup bagi perkembangan sektor pertanian. Suhu tidak terlalu panas dan karena agroklimat yang relatif baik, maka kondisi lahan juga relatif subur.
b. Lokasi Indonesia berada di luar zona angin taifun seperti yang banyak menimpa Filipina, Taiwan, dan Jepang.
c. Keadaan sarana dan prasarana seperti daerah aliran sungai tersedianya bendungan irigasi, jalan di pedesaan yang relatif baik, mendukung berkembangnya agribisnis.

Pengajaran ekonomi pertanian dan agribisnis di Indonesia sekarang ini diberikan pada mahasiswa yang masuk di Fakultas Pertanian yang mengambil jurusan Sosial Ekonomi ,pengajaran ekonomi pertanian juga diberikan di Fakultas Ekonomi di jurusan ekonomi pertanian. Namun sistem pengajaran ekonomi pertanian di Fakultas Ekonomi ini dihentikan oleh Pemerintah. maka sejak itu pengajaran ekonomi pertanian hanya diberikan pada mahasiswa di jurusan Sosial Ekonomi atau Agribisnis di Fakultas Pertanian.
Terlepas dari siapa yang menyelenggarakan pengajaran ekonomi pertanian dan agribisnis di Indonesia, yang penting diberikan kepada mahasiswa yang mengambil spesialisasi ini adalah betapa masih pentingnya peranan sektor pertanian dalam proses pembangunan sekarang ini. Pengajaran ekonomi pertanian dan spesialisasi agribisnis menjadi penting karena alasan sebagai berikut:

a. Pembangunan yang ada di Indonesia sekarang ini adalah pembangunan sektor industri yang didukung oleh sektor pertanian. Dengan kata lain adalah bagaimana menciptakan pertanian tangguh yang mampu mendorong sektor industri yang maju.
b. Karena era pembangunan yang seperti itu, maka proses second generation problem (masalah setelah proses produksi) akan menjadi penting dan karena itu penguasaan ilmu pasca panen (termasuk agribisnis) akan menjadi sangat penting.
Peranan agribisnis di era pembangunan adalah memberikan sumbangan nyata bagi perekonomian Indonesia dalam bentuk :
1. Hasil produksi pertanian : swasembada beras sejak tahun 1984.
2. Pasar : besarnya pangsa pasar domestik yang mendukung daya beli masyarakat pedesaan.
3. Faktor produksi : penyediaan tenaga kerja, modal, bahan baku industri.
4. Kesempatan kerja : tingginya daya serap tenaga kerja.


Pada akhir Pembangunan Jangka Panjang II, diharapkan transformasi struktur agribisnis, dari on-farm activities (usahatani : budidaya pertanian) menjadi off-farm activities (luar usahatani : pengadaan sarana produksi, agroindustri pengolahan, pemasaran dan jasa – jasa penunjang). Transformasi ekonomi dari basis pertanian ke ekonomi basis industri dengan ciri – ciri berkembangnya industri – industri pengolahan pertanian menempatkan Indonesia menjadi negara bercorak agribisnis (agro-base Industry: industri minyak sawit, industri kayul apis, crumb rubber dan sejenisnya).
Peranan agribisnis di masa akan datang tetap penting sebagai penyedia pendapatan nasional dan lapangan kerja, maka peranan profesi ekonomi pertanian spesialisasi agribisnis sangat diperlukan. Para intelektual dalam profesi ekonomi pertanian spesialisasi agribisnis tidak saja dituntut untuk menguasai ilmunya dengan baik, tetapi juga dituntut untuk menguasai ilmu yang berkaitan dengan masalah – masalah makro ekonomi dalam kerangka pembangunan nasional.

KESIMPULAN
Sektor pertanian memiliki peranan penting di Indonesia. Salah satu bidang di sektor pertanian yang berperan penting dalam perkembangan perekonomian adalah bidang agribisnis Peranan agribisnis di masa akan datang tetap penting sebagai penyedia pendapatan nasional dan lapangan kerja, maka peranan profesi ekonomi pertanian spesialisasi agribisnis sangat diperlukan Peran Profesi Ekonomi Pertanian Spesialisasi Agribisnis dalam Pembangunan Pertanian di Indonesia. Sering agribisnis diartikan sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari konsep semula yang dimaksud. Konsep agribisnis secara sederhana adalah suatu konsep yang utuh, mulai dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian.



DAFTAR FUSTAKA
DR. Soekartawi. 1997. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Badan Pendidikan dan Latihan Pertanian. 1993. Agribisnis Seri V. Jakarta : Departemen Pertanian
Mosher, Arthur T. 1966. Getting Agriculture Moving. New York : Frederick A. Praeger, Inc. Publisher

MAKALAH BUDIDAYA TANAMAN PANGAN UTAMA TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN SORGUM DAN KENDALANYA



BAB I
PENDAHULUAN
Sorgum (Sorghum bicolor L.) adalah tanaman serealia yang potensial untuk dibudidayakan dan dikembangkan, khususnya pada daerah-daerah marginal dan kering di Indonesia. Keunggulan sorgum terletak pada daya adaptasi agroekologi yang luas, tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, perlu input lebih sedikit serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibading tanaman pangan lain. Selain itu, tanaman sorgum memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, sehingga sangat baik digunakan sebagai sumber bahan   pangan maupun  pakan  ternak  alternatif.
Tanaman sorgum telah lama dan banyak dikenal oleh petani Indonesia khususnya di daerah Jawa, NTB dan NTT. Di Jawa sorgum dikenal dengan nama Cantel, dan biasanya petani menanamnya secara tumpang sari dengan tanaman pangan lainnya. Produksi sorgum Indonesia masih sangat rendah, bahkan secara umum produk sorgum belum tersedia di pasar-pasar.
Sorgum bukan merupakan tanaman asli Indonesia tapi berasal dari wilayah sekitar sungai Niger di Afrika. Domestikasi sorgum dari Etiopia ke Mesir dilaporkan telah terjadi sekitar 3000 tahun sebelum masehi.  Sekarang, sekitar 80 % areal pertanaman sorgum berada di wilayah Afrika dan Asia, namun produsen sorgum dunia masih didominasi oleh Amerika Serikat, India, Nigeria, Cina, Mexico, Sudan dan Argentina.
Di Indonesia sorgum telah lama dikenal oleh petani khususnya di Jawa, NTB dan NTT. Di Jawa sorgum dikenal dengan nama Cantel, sering ditanam oleh petani sebagai tanaman sela atau tumpang sari dengan tanaman lainnya. Budidaya, penelitian dan pengembangan tanaman sorgum di Indonesia masih sangat terbatas, bahkan secara umum produk sorgum belum begitu populer di mastarakat. Padahal sorgum memiliki potensi besar untuk dapat dibudidayakan dan dikembangkan secara komersial karena memiliki daya adaptasi luas, produktivitas tinggi, perlu input relatif lebih sedikit, tahan terhadap hama dan penyakit tanaman, serta lebih toleran kondisi marjinal (kekeringan, salinitas dan lahan masam). Dengan daya adaptasi sorgum yang luas tersebut membuat sorgum berpeluang besar untuk dikemangkan di Indonesia sejalan dengan optimalisasi pemanfaatan lahan kosong, yang kemungkinan berupa lahan marginal, lahan tidur, atau lahan non-produktif lainnya.









BAB II
PEMBAHASAN
Teknik Budidaya Sorgum
Pengolahan Benih
Aktivitas pengolahan benih sorgum dimulai dari panen sampai benih siap untuk digunakan atau untuk disimpan dalam waktu yang agak lama. Pengolahan benih diperlukan untuk tetap menjaga kemurnian benih sorgum dari campuran material atau biji dari tanaman lainnya. Selain itu untuk menjaga agar kadar air benih dalam batas aman untuk disimpan sehingga memperlambat laju deteriorasi (kemunduran) benih.
Adapun secara umum tahap-tahap dalam pengolahan benih adalah:
a.         Perontokan biji dari malai.
Perontokan dapat menggunakan trasher atau dengan cara di letakkan dalam karung plastik dan dipukul-pukul. Tahap ini sangat berisiko akan terjadinya  kontaminasi dari biji sorgum jenis lain atau material lainnya jika alat perontok atau tempat untuk merontokkan biji sorgum kurang bersih. Hal yang perlu diperhatikan adalah untuk selalu membersihkan dengan baik alat perontok setiap kali selesai merontokkan suatu kultivar biji sorgum tertentu.
b.        Pengeringan dan pembersihan.
Pengeringan dilakukan dengan menjemur biji sorgum di bawah sinar matahari dan dibersihkan dengan cara ditampih untuk memisahkan sekam dan kotoran lainnya. Hal yang perlu diperhatikan kontaminasi dari bahan material lainnya seperti kerikil dan lainnya selama penjemuran.
c.         Sortasi dan grading.
Tahap ini untuk menjamin kualitas benih sorgum yang seragam baik dari segi fisik dan dari segi genetik benih. Untuk itu diperlukan beberapa pengujian benih seperti uji rutin benih dan uji khusus benih. Pengujian benih dimaksudkan untuk mengetahui kualitas benih yang mencakup kemurnian fisik, kapasitas berkecambah, dan kadar air benih. Informasi hasil pengujian dapat dijadikan acuan untuk menentukan kebutuhan benih, dan pertimbangan apakah perlu penyimpanan atau tidak.
Uji rutin benih:
1.      Uji kemurnian benih: diambil sampel secara acak dan dihitung persentase kontaminan yang ada dalam benih. Uji kemurnian meliputi: a) uji kemurnian fisik benih yang dapat terdiri dari benih murni (pure seed), benih varietas lain (other crop seed), biji gulma (weed seed) dan kotoran (inert matter); b) uji kemurnian genetik yang kurang dianjurkan dalam uji kemurnian benih.
2.      Uji daya kecambah benih yang merupakan uji viabilitas langsung dengan mengukur kemampuan benih berkecambah dan menghasilkan kecambah normal dalam kondisi lingkungan yang optimum dan dihitung dengan rumus:
{ Jumlah kecambah normal / jumlah biji yang diuji } x 100%
3.      Uji kadar air benih dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengukur kadar air benih. Kadar air benih harus sekitar 12% – 14% untuk menjaga tidak cepatnya deteriorasi benih dan memperpanjang daya simpan benih.
4.      Uji khusus:
Uji vigor benih yang dapat menggunakan uji kecepatan berkecambah (indeks vigor) dan uji kesehatan benih
d.        Perlakuan benih untuk melindungi dan mencegah benih dari serangan pathogen.

Persiapan Tanam
Meskipun budidaya sorgum secara umum sangat mudah dan sorgum lebih mudah tumbuh dibanding tanaman lainnya, tetapi untuk mengoptimalkan hasil dan secara usaha tani bisa lebih menguntungkan, maka diperlukan teknologi budidaya/ Pengeloaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) yang tepat. Pada prinsipnya sorgum dapat tumbuh pada semua jenis tanah, bahkan di tanah yang kurang subur atau minim pasokan air, tanaman sorgum masih dapat tumbuh. Semua tanah yang sesuai untuk pertanaman jagung, juga dapat digunakan untuk pertanamanan sorgum. Hal yang perlu perhatian dalam persiapan adalah menentukan waktu tanam. Prinsipnya sorgum untuk diambil bijinya, sebaiknya waktu panen bukan pada musim penghujan. Hal penting lain yang harus diperhatikan dalam persiapan lahan tanam adalahi:
1.      Ketinggian tempat optimum untuk pertanaman sorgum kurang lebih 0 – 500 dpl. Semakin tinggi tempat pertanaman akan semakin memperlambat waktu berbunga dari tanaman sorgum. Temperatur 25oC – 27oC adalah suhu terbaik untuk perkecambahan biji sorgum, sedangkan untuk pertumbuhannya perlu suhu sekitar 23oC – 30oC;
2.      Hindari pemakaian tanah yang masam dengan kandungan Al, Fe maupun Mg yang tinggi, seperti tanah podzolik merah kuning, karena sorgum tidak tahan tanah masam. pH optimum tanah untuk pertumbuhannya sekitar 6.0 – 7.5.
3.      Memperhatikan tekstur tanah. Untuk lahan beririgasi dengan kelembaban tinggi biasanya tekstur tanahnya sedang sampai berat dan perlu dilakukan pencangkulan pada baris-baris yang akan disgunakan sebagai lubang tanam. Tetapi untuk tanah yang berstektur sedang sampai ringan, pengolahan lahan dapat dilakukan seminimum mungkin tanpa mengurangi hasil. Secara umum hasil akan meningkat sekitar 20% – 30% bila dilakukan pengolahan tanah sempurna untuk tanah yang berstektur sedang sampai berat.
Penanaman
Pengairan.
Sorgum tanaman yang tahan kering, sehingga pengairan bukan masalah yang utama dalam pertanaman sorgum. Kebutuhan akan air yang paling banyak hanya diperlukan pada awal-awal pertumbuhan (1 – 2 minggu setelah tanam). Adapun periode kritis tanaman sorgum adalah pada masa perkecambahan, berbunga dan waktu pengisian biji. Pada kondisi ketersediaan air sangat terbatas pada waktu tanam, guludan atau larikan-larikan untuk lubang tanam sebaiknya disiram terlebih dahulu sebelum tanam sampai cukup basah (20 – 50 cm). Kondisi kelembaban tanah di jaga terus sampai perkecambahan. Penyiraman dapat dilakukan selang 2 – 3 hari sekali bila sama sekali tidak turun hujan pada awal pertumbuhan. Air dalam tanah sampai kedalaman kurang lebih 2.5 cm, maksimum dapat memenuhi kebutuhan air selama 3 – 4 hari bagi tanaman sorgum pada periode pembentukan biji.
Pengolahan tanah dan penanaman
Bisa dilakukan minimum tillage dengan mongolah tanah pada barisan tanam saja. Pengolahan tanah sebaiknya 1 – 2 minggu sebelum tanam.
Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan jarak tanam adalah: i) jenis/varietas sorgum yang akan ditanam; ii) ketersediaan air dan kesuburan lahan; iii) tujuan pemanfaatan dari tanaman sorgum; iv) pola tanam.
Dari dua hasil penelitian jarak tanam pada sorgum, peningkatan populasi tanaman per ha telah dapat meningkatkan hasil biji sorgum. Secara umum lubang tanam sorgum dibuat pada jarak 70 cm x 20 cm dengan dua tanaman per lubang tanam atau 70 cm x 10 cm dengan satu tanaman per lubang tanam. Hasil biji sorgum telah meningkat 1.5 kali pada jarak tanam 70cm x 10cm. Untuk lahan beririgasi baik jarak tanam dapat dibuat sekitar 50 cm x 30 cm. Untuk tanah yang kurang subur dan tidak beririgasi, sebaiknya digunakan jarak tanam yang lebih lebar (75 cm x 25 cm) atau populasi tanaman dikurangi per ha. Populasi optimum untuk jarak antar baris tanam 70 cm dengan 1 – 2 tanaman/ lubang sekitar 142.857 – 285.714 tanaman/ ha.
1.      Kebutuhan biji per Ha  secara umum ditentukan oleh komponen: (i) luas lahan yang akan ditanami, (ii) jarak tanam, (iii) jumlah biji per lubang tanam, (iii) persen daya kecambah benih, (iV) persen benih yang tumbuh, dan (v) bobot benih per 1000 biji (gram). Untuk tanah dengan kondisi air kurang, sebaiknya ditanam lebih banyak biji per lubang tanamnya, untuk menghindari biji yang tidak tumbuh karena lingkungan yang tidak optimal. Umumnya perbedaan persentase perkecambahan di laboratorium dan lapangan biasanya berkisar sekitar 30% – 50% pada kondisi viabilitas benih sangat baik. Untuk jarak tanam 70cm x 20cm dengan ukuran biji sedang, membutuhkan biji sekitar  ± 5 – 7 kg/Ha.
2.      Biji ditanam dengan cara ditugal dengan 3 – 4 biji per lubang tanamnya. Setelah tanaman berumur 3 minggu bisa dilakukan penjarangan dengan menyisakan 2 – 3  tanaman per lubang tanamnya.
Pemupukan.
Meskipun sorgum dapat tumbuh pada lahan kurang subur, namun tanaman sorgum sangat tanggap terhadap pemberian pupuk kandang dan pupuk nitrogen. Respon terbesar kedua adalah pada pemumupukan fosfor dan yang ketiga adalah pada pemupukan kalium. Dosis pemupukan tergantung dari tingkat kesuburan lahan, namun demikian secara umum dosis yang dapat dipakai untuk lahan irigasi adalah 100 – 180 kg Nitrogen, 45 – 70  kg P2O5 dan K2O. Pemerintah menganjurkan penggunaan 200 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 50 kg KCl. Pupuk urea diberikan dua kali yaitu 1/3 pada waktu tanam bersamaan dengan SP-36 dan KCl, sisanya 2/3 pupuk Urea diberikan setelah tanaman berumur satu bulan. Pupuk diberikan dengan cara dibuat larikan sejauh ± 7-15 cm sebelah kanan dan kiri dari lubang tanam. Urea dan SP-36 dimasukkan dalam satu lubang, sedangkan KCl pada lubang yang lainnya. Penambahan pupuk kandang sebanyak 5 ton/ha telah meningkatkan hasil biji sorgum.
Penyiangan dan Pembumbunan. 
Penyiangan hanya perlu dilakukan pada awal pertanaman saja dan setelah tanaman cukup besar, penyiangan bisa tidak dilakukan.
Pengendalian Hama dan Penyakit.
Dilakukan terutama pada hama dan penyakit penting pada sorgum. Hama penting yang kemungkinan dapat menyerang pada pertanaman sorgum dan pengendaliannya adalah :
1.      Valanga sp. (belalang) yang menggerek daun,  dan hama Aphid yang menyerang daun bendera saat pembentukan malai. Adapun pengendalian hama-hama ini dilakukan dengan penyemprotan insektisida Curacron dengan konsentrasi 2 ml.L-1.
2.      Hama lainnya adalah burung yang menyerang malai yang sudah terbentuk biji. Serangan hama ini berpengaruh besar terhadap pengurangan hasil tanaman sorgum. Pengendalian hama burung dilakukan dengan cara menutup barisan tanaman dengan kain saring yang dilekatkan pada bambu atau dengan cara tradisional membuat oran-orangan.
Penyakit penting pada sorgum dengan pengendaliannya adalah :
1.      Bercak daun Cereospom yang disebabkan oleh jamur Cercospora sorghidengan gejala berupa bercak-bercak pada daun-daun tua yang meluas ke atas kemudian memanjang terbatasi oleh tulangtulang;
2.      Penyakit hawar daun disebabkan oleh jamur dengan gejala penyakit yaitu terdapat bercak-bercak jorong yang memanjang, membentuk bercak kering yang cukup besar, jika menyerang biji akan terlihat kering dan berwarna merah kehitam-hitaman.
3.      Antraknos yang disebabkan oleh jamur C falcatum dengan gejala berupa bercak-bercak kecil berwarna kehitaman dengan bintik kuning pada tepi daun. Infeksi penyakit ini juga menjalar pada malai yang menyebabkan biji-biji sorghum menjadi busuk, berwarna hitam dan berkecambah sebelum waktunya.
Panen dan Pascapanen
Panen
Biji sorgum bisa dipanen bila telah keras dengan memotong malainya, biasanya ± 45 hari setelah bakal biji terbentuk. Biji mudah dirontokkan dari malai bila kandungan airnya telah mencapai ±25% – 30%. Curah hujan yang tinggi pada saat tanaman siap panen dapat menyebabkan biji berkecambah di lapangan.
Untuk budidaya ratoon, setelah malai dipanen, tanaman dipotong dengan meninggalkan satu buku (15cm – 20cm dari permukaan tanah). Dipilih 2 sampai 3 tunas baru yang keluar untuk terus ditumbuhkan. Tunas yang lainnya dibuang. Setelah tunas mencapai ukuran 20cm, tanah sekitar tunas digemburkan dan dilakukan pemupukan dengan pupuk NPK sebanyak 200 kg/ha. Tanaman dari ratoon jika dipelihara dengan baik dapat menghasilkan jumlah biji seperti induknya. Ratoon bisa dilakukan sampai dua kali dan jika hasilnya sudah menurun sebaiknya tanaman dibongkar dan menanam kembali dari biji.
Pascapanen
Pengeringan.
Biasanya pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran selama ± 60 jam hingga kadar air biji mencapai 10% – 12%. Kriteria untuk mengetahui tingkat kekeringan biji biasanya dengan cara menggigit bijinya. Bila bersuara berarti biji tersebut telah kering.
Perontokan.
Perontokan secara tradisionil dilakukan dengan pemukul kayu dan dikerjakan di atas lantai atau karung goni. Pemukulan dilakukan terus menerus hingga biji lepas.  Setelah itu dilakukan penampian untuk memisahkan kotoran yang terdiri dari daun, ranting, debu, atau kotoran lainnya. Kadar air tidak boleh lebih dari 10% – 12% untuk mencegah pertumbuhan jamur.
Penyimpanan.
Biji yang telah bersih dan kering dapat disimpan dalam kaleng yang kemudian ditutup rapat sehingga kedap udara. Bila biji disimpan dalam ruangan khusus penyimpanan (gudang), maka tinggi gudang harus sama dengan lebarnya supaya kondensasi uap air dalam gudang tidak mudah timbul. Dinding gudang sebaiknya terbuat dari bahan yang padat sehingga perubahan suhu yang terjadi pada biji dapat dikurangi. Tidak dianjurkan ruang penyimpanan dari bahan besi, karena sangat peka terhadap perubahan suhu. Permasalahan utama penyimpanan biji di gudang adalah serangan hama kutu (hama gudang).  Hama ini dapat dicegah dengan fumigasi.
Kendala dan Solusi Pengembangan Sorgum
Dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan, pakan, dan bahan industri yang terus meningkat, serta untuk meningkatkan pendapatan petani di daerah beriklim kering, pengembangan sorgum merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih.
Di daerah-daerah yang sering mengalami kekeringan atau mendapat genangan banjir, tanaman sorgum masih dapat diusahakan. Oleh karena itu, terdapat peluang yang cukup besar untuk meningkatkan produksi sorgum melalui perluasan areal tanam. Pengembangan sorgum juga berperan dalam meningkatkan ekspor nonmigas, mengingat pemanfaatan sorgum di luar negeri cukup beragam. Menurut Direktorat Bina Usaha Tani dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan, volume ekspor sorgum Indonesia ke Singapura, Hongkong, Taiwan, dan Malaysia mencapai 1.092,40 ton atau senilai US$ 116.211. Demikian juga di Thailand, pada tahun 1979 ekspor sorgum dapat menyumbang devisa 371 juta Bath (Rp 26 miliar) dari volume ekspor 170.000 ton ke Jepang, Taiwan, Singapura, Malaysia, daTimur Tengah. Dengan demikian terdapat peluang untuk meningkatkan ekspor sorgum ke luar negeri.
Tantangan dalam pengembangan sorgum adalah harga sorgum di tingkat petani yang rendah terutama pada saat panen serta kesulitan dalam pengupasan biji. Nilai sorgum yang rendah dapat diatasi apabila sorgum dapat diangkat menjadi salah satu komoditas strategis dalam pengembangan sistem agribisnis dan agroindustri. Sementara itu kesulitan pengupasan biji sorgum diatasi dengan pengadaan mesin penyosoh beras tipe “Satake Polisher Rice Machine”. Penyosohan dengan alat ini dapat menghasilkan beras sorgum yang bersih dan tidak pahit.
Masalah penggunaan sorgum sebagai bahan pakan adalah kandungan tanin yang cukup tinggi. Namun masalah ini dapat diatasi dengan menyosoh beras sorgum dengan mesin penyosoh beras yang dilengkapi dengan silinder gurinda batu.
Demikian juga jerami sorgum cukup potensial sebagai pakan ternak, namun kandungan serat, lignin dan silika yang tinggi serta kadar nitrogen yang rendah merupakan kendala pemanfaatan jerami sorgum untuk pakan. Masalah tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan kualitas jerami sorgum melalui suplemen urea atau amoniasi urea.
Tantangan pengembangan sorgum meliputi aspek teknologi budi daya dan pascapanen serta jaminan pasar dan permintaan. Walaupun teknologi budi daya sorgum spesifik lokasi belum tersedia, teknologi budi daya sorgum hampir sama dengan jagung, sehingga tantangan yang paling mendasar adalah penyediaan teknologi pascapanen baik primer maupun sekunder serta jaminan pasar dan permintaan.
Secara umum, masalah utama dalam pengembangan sorgum adalah sebagai berikut :
1.      Nilai keunggulan komparatif dan kompetitif ekonomi sorgum relative rendah
2.      dibandingkan komoditas serealia lain.
3.      Pascapanen sorgum (peralatan dan pengolahan) pada skala rumah tangga masih sulit dilakukan.
4.      Pangsa pasar sorgum belum kondusif, baik di tingkat regional maupun nasional.
5.      Penyebaran informasi serta pembinaan usaha tani sorgum di tingkat petani belum intensif.
6.      Biji sorgum mudah rusak selama penyimpanan.
7.      Ketersediaan varietas yang disenangi petani masih kurang.
8.      Penyediaan benih belum memenuhi lima tepat (jenis, jumlah, mutu, waktu, dan tempat).













BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sorgum merupakan salah satu tanaman serealia yang cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daya adaptasi lingkungan yang cukup luas.  Teknik budidaya tanaman yang relatif  mudah; tidak banyak perbedaan dengan budidaya tanaman jagung yang sudah biasa dilakukan oleh petani.
Biji sorgum dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan, sebagai bahan pakan ternak, dan sebagai bahan baku industri.  Biji sorgum mempunyai nilai gizi setara dengan jagung, namun kandungan taninnya tinggi dan biji sulit dikupas. Perbaikan teknologi pengolahan dengan menggunakan penyosoh beras merek “Satake Grain Testing Mill” yang dilengkapi dengan silinder gurinda batu dapat mengatasi masalah tersebut.
Masalah utama pengembangan sorgum adalah nilai keunggulan komparatif dan kompetitif sorgum yang relatif rendah, penerapan teknologi pascapanen yang masih sulit, biji mudah rusak dalam penyimpanan, dan usaha tani sorgum di tingkat petani belum intensif.
Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan pengelolaan system produksi sorgum secara menyeluruh (holistik) melalui empat dimensi, yaitu:
1.      wilayah (areal tanam sorgum),
2.      ekonomi (nilai keunggulan komparatif dan kompetitif sorgum terhadap komoditas lain),
3.      sosial (sikap dan persepsi produsen terhadap sorgum sebagai bagian dari usaha taninya),
4.      industri (nilai manfaat sorgum sebagai bahan baku industri makanan dan pakan ternak). 
DAFTAR PUSTAKA
Ismunadji, M., Soetjipto Partohardjono, Mahyuddin Syam dan Adi Widjono. (1988). Padi. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Klingman, G.C. and F.M. Ashton. (1975). Weed Science: Principle and Practices. New York: John Wiley & Sons.
Mercado, B.L. (1979). Introduction to Weed Science. Laguna: SEARCA.
Morachan, Y.B. (1978). Crop Production and Management. New Delhi: Oxford $ IBH Publishing Co.
Muzik, T.J. (1970). Weed Biology and Control. New York: McGraw-Hill Book Co.
Subandi, Mahyuddin Syam dan Adi Widjono. (1988). Jagung. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Subandi, Mahyuddin Syam, S.O. Manurung dan Yuswadi. (1985). Hasil Penelitian Jagung, Sorgum dan Terigu 1980-1984. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sorgum
http://www.batan.go.id/patir/_berita/pert/sorgum/sorgum.html