PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu
negara yang memiliki sumberdaya alam berupa lahan yang relatif cukup luas dan
subur. Dengan iklim, suhu dan kelembaban
yang cocok untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman pangan pokok, maka hampir seluruh
tanaman pangan pokok tersebut (biji-bijian, umbi-umbian dan kacang-kacangan
asli Indonesia) dapat tumbuh dengan relatif baik. Salah satu jenis tanaman pangan yang sangat
dibutuhkan oleh sebagian besar penduduk Indonesia adalah tanaman kedelai (Glysine
max (L) Merril).
Kedelai merupakan salah satu
mata dagangan yang pasokannya di Indonesia semakin cenderung tidak dapat
dipenuhi dari hasil produksi dalam negeri sendiri. Sekalipun dapat ditanam dengan cara yang
paling sederhana sekalipun, produktivitas dan produksinya dalam negeri hampir
tidak mungkin dapat memenuhi permintaan yang semakin meningkat.
Besarnya angka impor tersebut
merupakan salah satu indikator betapa besar kebutuhan kedelai untuk memenuhi
kebutuhan penduduk. Kegunaan kedelai
untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah untuk memasok kebutuhan pokok berbagai
jenis produk olahan.
PEMBAHASAN
Permasalahan
penyediaan Pupuk
Hingga kini lemahnya lembaga yang dibentuk oleh pemerintah yang berperan
mengawasi distribusi pupuk hingga ke petani. Hal ini mempengaruhi tidak
maksimalnya sistem distribusi pupuk. Itulah sebabnya selalu terulang, pupuk
menghilang di pasaran ketika petani bersiap-siap memulai musim tanam.
Petani di berbagai wilayah berusaha untuk mendapatkan pupuk. Salah satu
contoh yang dialami petani SPI di Jawa Timur, sejak Oktober 2008 lalu pupuk
praktis menghilang. Mereka pun akhirnya mengadakan audiensi dengan industri
pupuk Indakop. Namun hingga waktu petani membutuhkan pupuk penyediaan pupuk ini
tidak terealisasi.
Pencanangan Go-Organic 2010 agar petani lebih mandiri tidak tercermin dari
anggaran subsidinya ditahun 2008 yang hanya 474 Milyar untuk pupuk organik dari
total subsidi pupuk sebesar 15, 175 Triliun. Padahal salah satu langkah yang
terbaik tentu ialah mendukung pengembangan pupuk organik yang dapat
dikembangkan sendiri oleh petani. Dukungan pemerintah kearah itu lah yang harus
diperbesar. Pengembangan pupuk organik ini selain mengembalikan kesuburan tanah
dan membantu meningkatkan produktivitas juga akan sangat berperan dalam
membangun kedaulatan petani. Petani dapat menghasilkan pupuk yang dibutuhkannya
sendiri.
Untuk menjawab persoalan tersebut, keberadaan Koperasi Unit Desa (KUD)
selayaknya berdiri di setiap kepenghuluan. Karena KUD mampu memberikan solusi
bagi petani kedelai menyangkut sejumlah permasalahan seperti penyediaan pupuk,
stabilitas harga pupuk tidak dipermainkan spekulan seenaknya, dan koordinasi
antara pemerintah dan masyarakat petani terkesan lebih bersingergis dengan
baik.
Jika KUD berdiri, hal itu semakin memudahkan bagi petani dan selanjutnya
mampu meningkatkan efektifitas kerja dan efesiensi waktu sehingga hasil yang
diharapkan bisa lebih optimal lagi.
Permasalahan penyediaan
Benih
Kondisi perbenihan di Indonesia yang telah lewat tidak banyak berubah,
benih yang merupakan salah satu input dasar produksi pertanian kerap kesulitan
ketersediaannya. Pemerintah tidak memberikan dukungan sepenuhnya kepada rakyat,
dalam hal ini petani untuk memproduksi benih nya sendiri.
Benih varietas unggul yang terdaftar di Kementerian Pertanian terlihat
sejak 2005 sampai dengan sekarang tidak terdapat varietas unggul yang baru.
Pengembangan dan penyediaan benih oleh
pemerintah di serahkan kepada pihak swasta yang mencarai keuntungan sendiri dan
tidak berpihak kepada petani. Kebijakan pemerintah telah menyebabkan situasi
perbenihan di Indonesia sudah menjurus pada krisis benih dan ketergantungan
petani terhadap benih yang diproduksi perusahaan agribisnis multinasional.
Sebagian besar benih untuk tanaman pangan dikuasai dan didistribusikan oleh
perusahaan multinasional.
Harga benih yang ada
dipasaran yang menjadi tumpuan petani sangat mahal. Benih subsidipun kerap
sampai di tangan petani dengan harga yang mahal dikarenakan petani harus
menebus terlebih dahulu ke dinas pertanian dan akibatnya petani tetap menerima
benih itu dengan harga mahal.
Untuk mengatasi hal
tersebut sebaiknya petani membentuk suatu kelompok tani dan berkoordinasi denga
Koperasi Unit Desa (KUD) atau membentuk Kopersi pertanian sehingga benih dapat
disediakan dan untuk mendapatkan benih tersebut petani bisa lebih mudah
mendapatkannya.
Permasalahan
Harga Kedelai
Fluktuasi harga kedelei
juga berpengaruh terhadap produksi petani. Harga kedele yang terlalu rendah
pada saat musim panen akan mengakibatkan keengganan petani untuk memanen. Harga
kedelei dapat dipengaruhi oleh fluktuasi harga kedele internasional,
dikarenakan sebagaian besar pasokan kedele kita berasal dari impor.
Selama ini harga kedelai
dipermainkan importir. Begitu panen raya, kedelai banjir di pasaran sehingga
harga anjlok. Akibat turunnya harga membuat petani tak mau memanen kedelainya.
Petani kemudian menjadi enggan menanam kedelai lagi. Dampak lanjutan agenda
swasembada kedelai yang dicanangkan pemerintah dijamin tidak terwujud akibatnya
kita menjadi terus bergantung pada impor.
Solusinya adalah dengan peningkatan
system produksi yang baik dan lancar, karena dapat memperbaiki system pemasaran
yang ada saat ini. Semakin
meningkatknya produksi kedelai maka akan mengakibatkan lonjakan harga kedelai
yang lebih stabil. Hal inilah yang memberikan peluang usaha yang lebih baik
akan komoditas kedelai.
KESIMPULAN DAN SARAN
Untuk memenuhi kebutuhan dalam
negerinya, Indonesia masih ha-rus terus melakukan impor yang rata-rata sebesar 40%
dari kebutuhan kedelai nasional meningkat dari tahunke tahun, produksi dalam
negeri masih relatif rendah dan memiliki kecenderungan terus menurun. Hal ini menyebabkan ketergantungan akan
kedelai impor terus berlangsung dan memiliki kecenderungan terus
meningkat. Seperti yang terlihat dalam
Gambar 2, puncak impor tertinggi tercatat untuk tahun 1996 sebesar 743 ribu
ton, suatu peningkatan impor sebesar 50% dari tahun sebelumnya (496 ribu ton). Sementara itu angka impor terendah selama
kurun waktu tersebut terjadi pada tahun 1993 yaitu sebesar 700 ribu ton. Secara keseluruhan selama kurun waktu
tersebut kecenderungan impor kedelai nasional menunjukkan peningkatan sebesar
8,59%.
DAFTAR PUSTAKA
-
Kementrian Pertanian http://www.deptan.go.id
-
Kementrian Perdagangan http://www.depdag.go.id
-
Pandangan Petani atas Kebijakan Pertanian
Pemerintah tahun 2008
-
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka (BAPEPTI) http://www.bappebti.go.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar