Kamis, 26 April 2012

MAKALAH BUDIDAYA TANAMAN PANGAN UTAMA KENDALA PENGEMBANGAN BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI DAN BAGAI MANA SOLUSINYA


PENDAHULUAN

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sumberdaya alam berupa lahan yang relatif cukup luas dan subur.  Dengan iklim, suhu dan kelembaban yang cocok untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman pangan pokok, maka hampir seluruh tanaman pangan pokok tersebut (biji-bijian, umbi-umbian dan kacang-kacangan asli Indonesia) dapat tumbuh dengan relatif baik.  Salah satu jenis tanaman pangan yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar penduduk Indonesia adalah tanaman kedelai (Glysine max (L) Merril).
Kedelai merupakan salah satu mata dagangan yang pasokannya di Indonesia semakin cenderung tidak dapat dipenuhi dari hasil produksi dalam negeri sendiri.  Sekalipun dapat ditanam dengan cara yang paling sederhana sekalipun, produktivitas dan produksinya dalam negeri hampir tidak mungkin dapat memenuhi permintaan yang semakin meningkat.
Besarnya angka impor tersebut merupakan salah satu indikator betapa besar kebutuhan kedelai untuk memenuhi kebutuhan penduduk.  Kegunaan kedelai untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah untuk memasok kebutuhan pokok berbagai jenis produk olahan.
























PEMBAHASAN

Permasalahan penyediaan Pupuk
Hingga kini lemahnya lembaga yang dibentuk oleh pemerintah yang berperan mengawasi distribusi pupuk hingga ke petani. Hal ini mempengaruhi tidak maksimalnya sistem distribusi pupuk. Itulah sebabnya selalu terulang, pupuk menghilang di pasaran ketika petani bersiap-siap memulai musim tanam.
Petani di berbagai wilayah berusaha untuk mendapatkan pupuk. Salah satu contoh yang dialami petani SPI di Jawa Timur, sejak Oktober 2008 lalu pupuk praktis menghilang. Mereka pun akhirnya mengadakan audiensi dengan industri pupuk Indakop. Namun hingga waktu petani membutuhkan pupuk penyediaan pupuk ini tidak terealisasi.
Pencanangan Go-Organic 2010 agar petani lebih mandiri tidak tercermin dari anggaran subsidinya ditahun 2008 yang hanya 474 Milyar untuk pupuk organik dari total subsidi pupuk sebesar 15, 175 Triliun. Padahal salah satu langkah yang terbaik tentu ialah mendukung pengembangan pupuk organik yang dapat dikembangkan sendiri oleh petani. Dukungan pemerintah kearah itu lah yang harus diperbesar. Pengembangan pupuk organik ini selain mengembalikan kesuburan tanah dan membantu meningkatkan produktivitas juga akan sangat berperan dalam membangun kedaulatan petani. Petani dapat menghasilkan pupuk yang dibutuhkannya sendiri.
Untuk menjawab persoalan tersebut, keberadaan Koperasi Unit Desa (KUD) selayaknya berdiri di setiap kepenghuluan. Karena KUD mampu memberikan solusi bagi petani kedelai menyangkut sejumlah permasalahan seperti penyediaan pupuk, stabilitas harga pupuk tidak dipermainkan spekulan seenaknya, dan koordinasi antara pemerintah dan masyarakat petani terkesan lebih bersingergis dengan baik.
Jika KUD berdiri, hal itu semakin memudahkan bagi petani dan selanjutnya mampu meningkatkan efektifitas kerja dan efesiensi waktu sehingga hasil yang diharapkan bisa lebih optimal lagi.

Permasalahan penyediaan Benih
Kondisi perbenihan di Indonesia yang telah lewat tidak banyak berubah, benih yang merupakan salah satu input dasar produksi pertanian kerap kesulitan ketersediaannya. Pemerintah tidak memberikan dukungan sepenuhnya kepada rakyat, dalam hal ini petani untuk memproduksi benih nya sendiri.
Benih varietas unggul yang terdaftar di Kementerian Pertanian terlihat sejak 2005 sampai dengan sekarang tidak terdapat varietas unggul yang baru. Pengembangan dan penyediaan  benih oleh pemerintah di serahkan kepada pihak swasta yang mencarai keuntungan sendiri dan tidak berpihak kepada petani. Kebijakan pemerintah telah menyebabkan situasi perbenihan di Indonesia sudah menjurus pada krisis benih dan ketergantungan petani terhadap benih yang diproduksi perusahaan agribisnis multinasional. Sebagian besar benih untuk tanaman pangan dikuasai dan didistribusikan oleh perusahaan multinasional.
Harga benih yang ada dipasaran yang menjadi tumpuan petani sangat mahal. Benih subsidipun kerap sampai di tangan petani dengan harga yang mahal dikarenakan petani harus menebus terlebih dahulu ke dinas pertanian dan akibatnya petani tetap menerima benih itu dengan harga mahal.
Untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya petani membentuk suatu kelompok tani dan berkoordinasi denga Koperasi Unit Desa (KUD) atau membentuk Kopersi pertanian sehingga benih dapat disediakan dan untuk mendapatkan benih tersebut petani bisa lebih mudah mendapatkannya.

Permasalahan Harga Kedelai
Fluktuasi harga kedelei juga berpengaruh terhadap produksi petani. Harga kedele yang terlalu rendah pada saat musim panen akan mengakibatkan keengganan petani untuk memanen. Harga kedelei dapat dipengaruhi oleh fluktuasi harga kedele internasional, dikarenakan sebagaian besar pasokan kedele kita berasal dari impor.
Selama ini harga kedelai dipermainkan importir. Begitu panen raya, kedelai banjir di pasaran sehingga harga anjlok. Akibat turunnya harga membuat petani tak mau memanen kedelainya. Petani kemudian menjadi enggan menanam kedelai lagi. Dampak lanjutan agenda swasembada kedelai yang dicanangkan pemerintah dijamin tidak terwujud akibatnya kita menjadi terus bergantung pada impor.
Solusinya adalah dengan peningkatan system produksi yang baik dan lancar, karena dapat memperbaiki system pemasaran yang ada saat ini. Semakin meningkatknya produksi kedelai maka akan mengakibatkan lonjakan harga kedelai yang lebih stabil. Hal inilah yang memberikan peluang usaha yang lebih baik akan komoditas kedelai.

KESIMPULAN DAN SARAN
Untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya, Indonesia masih ha-rus terus melakukan impor yang rata-rata sebesar 40% dari kebutuhan kedelai nasional meningkat dari tahunke tahun, produksi dalam negeri masih relatif rendah dan memiliki kecenderungan terus menurun.  Hal ini menyebabkan ketergantungan akan kedelai impor terus berlangsung dan memiliki kecenderungan terus meningkat.  Seperti yang terlihat dalam Gambar 2, puncak impor tertinggi tercatat untuk tahun 1996 sebesar 743 ribu ton, suatu peningkatan impor sebesar 50% dari tahun sebelumnya (496 ribu ton).  Sementara itu angka impor terendah selama kurun waktu tersebut terjadi pada tahun 1993 yaitu sebesar 700 ribu ton.  Secara keseluruhan selama kurun waktu tersebut kecenderungan impor kedelai nasional menunjukkan peningkatan sebesar 8,59%.

DAFTAR PUSTAKA
-       Kementrian Pertanian http://www.deptan.go.id
-       Kementrian Perdagangan http://www.depdag.go.id
-       Pandangan Petani atas Kebijakan Pertanian Pemerintah tahun 2008
-       Badan Pengawas Perdagangan Berjangka (BAPEPTI) http://www.bappebti.go.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar